Kasus H7N9 di Cina makin meningkat, meskipun masih terbatas di Cina dan
Taiwan saja. Hingga kini (13/5) kasus H7N9 berjumlah 131 orang, dengan
32 diantaranya meninggal dunia (CFR/angka kematian 24,42%).
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL), Prof. dr. Tjandra Yoga
Aditama. SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, melalui pesan elektronik kepada
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI, pada (13/5).
Sementara
itu, kasus novel Corona Virus (nCoV) sudah merambah ke Prancis,
walaupun kasus di Prancis memang ada riwayat perjalanan ke jazirah Arab,
jelas Prof. Tjandra.
Sampai dengan 10 Mei 2013 ada 33 kasus
konfirmasi laboratorium infeksi nCoV pada manusia dilaporkan ke WHO
yaitu dari Jordan, Qatar, Saudi Arabia, UK, United Arab Emirates,
Prancis. Sebagian besar kasus nCoV adalah laki-laki sebanyak 23 orang
(79,3%) dari 29 kasus yang dilaporkan dengan rentang usia 24-94 tahun
dan 18 kasus diantaranya meninggal (CFR/angka kematiannya 54,54%).
Tingkat kematian akibat nCoV jauh lebih tinggi dari kematian akibat
H7N9, tambah Dirjen P2PL.
Dalam rangka peningkatan kewaspadaan,
Prof. Tjandra membuat beberapa langkah, antara lain yaitu, untuk H7N9,
Prof Tjandra meminta kepada semua Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) makin
meningkatkan kewaspadaan, termasuk menyiapkan tim khusus bila
diperlukan, Ditjen P2PL juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan RS
setempat. Selain itu, di pelabuhan internasional juga sudah terpasang
spanduk mengenai pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap virus
H7N9.
Kemudian Dinas Perhubungan diminta agar memerintahkan
setiap pesawat udara dan kapal laut dari China dan Taiwan untuk
melaporkan (declaration) ke tower bandara dan pelabuhan bila ada
penumpang atau crew yang datang dari China dan Taiwan dalam kondisi
sakit, sehingga KKP setempat dapat segera bertindak.
Sedangkan
untuk nCoV, Prof. Tjandra sudah mengirimkan surat kembali ke seluruh
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan ke seluruh KKP tentang
penyampaian informasi terbaru mengenai nCoV yang dikeluarkan WHO,
memberikan penyuluhan kepada calon jamaah umroh di daerah masing-masing
agar menjaga kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), bila mengalami sakit yang
mengganggu agar segera berobat, perlunya mengikuti informasi yang benar
tentang penyakit ini, serta tetap menjaga kewaspadaan.
Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Haji juga
berkoordinasi dengan Kementerian Agama dalam kaitannya dengan aspek
kesehatan perjalanan ibadah umroh, tambah Prof. Tjandra.
Untuk
mewaspadai H7N9 dan nCoV, Dirjen P2PL secara intens melakukan komunikasi
dengan WHO tentang perkembangan ke dua penyakit tersebut. ''Bila
sebelumnya komunikasi dilakukan dengan WHO Jenewa dan Jakarta saja, maka
sejak minggu yang lalu pihak WHO SEARO juga mengirimkan informasi
surveilansnya secara teratur kepada pihak Kemenkes RI,'' kata Prof.
Tjandra.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih
lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode
lokal> 500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website
www.depkes.go.id dan alamat e-mail
kontak@depkes.go.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar